Menanti Nyali Menkeu Purbaya ‘Nerdy’ Sadewa Di Hadapan Otot Politik Parpol-Parpol Istana

Berita, Nasional29 Dilihat

Oleh : Esha Enanda

Koorprov Lampung Lembaga Riset Kedaikopi

Warta Polri – Setelah semua kekisruhan berlatar kemerosotan sosio-ekonomi yang lama mengendap di akar rumput menjadi semakin semarak dengan aksi naiknya tunjangan anggota DPR serta tingkah polah joged-joged populis yang genetiknya sudah ada sejak zaman kampanye presiden tahun lalu pada akhirnya menciptakan gelombang frustasi rakyat beberapa minggu belakangan.

Dalam keadaan dalam negeri yang tengah mencekam, Prabowo sebagai Presiden tentu mumet bukan kepalang. Saya yakin dokter kepresidenan barangkali sampai harus beberapa kali menawarkan Neuralgin pada Presiden agar neuron-neuron di saraf kepala nya bisa lebih rileks, meski selalu ditolak.

Akan tetapi Prabowo tetaplah Prabowo, ia memang seorang ksatria militer yang punya semangat patriotik di dadanya. Maka itu di tengah semua kegamangan di kepalanya ia berusaha menunjukan negara hadir. Tak tanggung-tanggung sang Presiden bahkan langsung turun menggunjungi rumah duka salah seorang demonstran tewas yang merenggang nyawa setelah digiling barracuda Brimob. Aksi kehumasan yang cukup cermat. Layak untuk kita beri kredit.

Setelahnya pada para pewarta Prabowo dengan penuh ketulusan bahkan berujar ‘Tolong percaya pada pemerintahan saya, beri saya waktu’. Lagi-lagi pilihan diksi Prabowo layak kita berikan kredit kembali, dalam bahasa komunikasi politik kata ‘ Tolong Percaya’ bisa diartikan sebagai empati dan ketulusan mendalam seorang pemimpin yang memahami jeritan rakyat.

Akhirnya setelah semua rangkaian aksi kehumasan nan heroik dari Presiden yang juga dibarengi para anggota DPR banyakmemohon maaf melalui media sosial atas kekhilafan mereka, tensi rakyat pun mereda dan situasi keamanan dalam negeri kembali dapat terkendali.

Namun demikian semua itu menyisakan cukup banyak tuntutan dari massa aksi yang terkurasi dengan sebutan tuntutan 17+8. Jujur saya belum baca semuanya secara mendetail. Biarlah toh sudah banyak yang menyuarakan.

Merespon hal itu DPR bertindak paling awal dengan membatalkan kenaikan tunjangan mereka yang dikeluhkan rakyat. Sementara itu Prabowo mulai menyusun ulang kekuataan di jajaran kekuasaan ,dengan melakukan reshuffle beberapa menteri yag dianggap kurang optimal kinerja nya, termasuk diantaranya menteri keuangan sejak zaman Presiden SBY, Sri Mulyani Indrawati, yang sudah belasan tahun menggawangi kas republik ini.

Suksesornya adalah sosok Master Ekonomi nyentrik asal ITB, Purbaya Yudhi Sadewa, yang sebelumnya menjabat Ketua Lembaga Penjamin Simpanan. Namun baru sehari menjabat, Purbaya sudah mengundang atensi publik yang cukup besar karena statement-statement yang terkesan slengek-an khas orang jenius yang sadar bahwa dirinya jenius.

Litbang Kompas bahkan merilis berdasarkan percakapan di 5 kanal media sosial populis menteri Purbaya diketahui mendapatkan sentimen negatif yang cukup besar di angka 55 persen, sentimen positif hanya 23 persen, dan sisanya 22 persen terpantau netral. Hal itu juga semakin dibumbui bahwa Purbaya dianggap orang dekat Luhut Binsar Panjaitan sehingga semakin lengkap skeptisme bahwa Purbaya akan punya nyali di hadapan otot politik parpol-parpol istana yang begitu kekar dan digdaya.

Tapi sebelum skeptisme kita semakin menebal tak ada salahnya kita mengenal sosok Purbaya dan segala puja-puji tentangnya. Purbaya muda sebagai mahasiswa ITB memang dikenal bukan sebagai sosok yang ramai di organisasi atau partisan politik kampus. Ia lebih sering tenggelam dalam angka- angka, persamaan diferensial, dan model-model matematis yang jelimet nan rumit. Sebayanya bahkam menjuluki ia Nerdy, namun di balik itu ada pengakuan tulus: ia seorang jenius sejati. Konon katanya di ITB, ada budaya tak tertulis—bila seseorang benar-benar jenius, maka sedikit selengean, petakilan, atu mungkin arogansi dianggap sah. Sebab mereka bermain di liga yang berbeda. Liga para juara.

Tak berhenti sampai disitu ketika banyak ekonom Indonesia menempuh jalur aman dengan menulis disertasi berbasis data empiris dalam negeri, menguji teori dengan model konvensional yang sudah tersedia, sang begawan ekonomi ini justru memilih jalan sebaliknya. Disertasinya di luar negeri bukan sekadar menempelkan data ke model orang lain. Ia membangun model matematisnya sendiri, menurunkan persamaan demi persamaan, mengisi setiap appendix dengan pembuktian matematik murni. Bukan satu negara, tapi berbagai case study lintas dunia ia gunakan untuk menunjukkan : bukan sekadar lokal, tapi modelnya universal.

Gaya berpikir ini membuatnya berbeda. Ia bukan hanya seorang ekonom, tapi seorang mathematical economist, ilmuwan yang melihat kebijakan ekonomi bukan sebagai wacana politik, melainkan sistem rumus yang bisa dijabarkan, diuji, dan dibuktikan.

Kini, setelah perjalanan panjang sebagai akademisi, peneliti, dan teknokrat, Purbaya Yudha Sadewa diangkat menjadi Menteri. Ini harapannya bukan sekadar rotasi birokrasi. Ini adalah momen ketika seorang pemikir “nerdy” yang dahulu hanya bermain dengan derivasi dan persamaan kini dihadapkan pada tantangan nyata: bagaimana menerjemahkan logika matematis ke dalam keputusan politik dan kebijakan publik.

Bagi banyak orang, ini mengejutkan. Sosok yang dulu lebih banyak diam, larut dalam dunia hitam di atas putih, kini menjadi tokoh publik. Namun bagi yang mengenalnya sejak lama, ini adalah kelanjutan logis: negara akhirnya memberi tempat pada seorang jenius, bukan hanya seorang teknokrat biasa.

Jika banyak ekonom lahir dari data, maka Purbaya lahir dari formula. Jika banyak kebijakan dirumuskan dengan kompromi, ia akan melihatnya dengan logika murni: apa yang benar, apa yang salah, apa yang optimal. Dan kini, sejarah menanti: apakah jenius matematis dari ITB, de fan deserts Dictor di Purdue ini mampu mengubah kalkulasi di atas kertas menjadi solusi bagi 270 juta rakyat Indonesia? Atau malah Purbaya justru keok di hadapan para penguasa parpol-parpol istana yang menguasai pos-pos anggaran di beberapa kementerian strategis seperti yang diramalkan banyak pengamat politik yang tak terlalu ‘wah’ dengan naiknya sosok Purbaya. Menarik ditunggu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *